Lagu

Lagu

Rabu, 29 Oktober 2014

KEKONSISTENAN DALAM FILSAFAT



KEKONSISTENAN DIRI DALAM PANDANGAN FILSAFAT

Sumber : Refleksi Perkuliahan Filsafat Ilmu oleh Prof. Dr. Marsigit, MA
Pada hari kamis tanggal 23 Oktober 2014, pada pukul 07.30 s.d. 09.10 WIB.

Cara untuk mempertahankan kekonsistenan diri, menurut Emanuel Kant dalam the nature of consistent (Hakekat konsisten), prinsip dunia terdiri dari prinsip identitas dan prinsip kontradiksi. Prinsip dalam filsafat yang lebih dalam lagi maka bersifat ontologis. Prinsip AKU = AKU, SATU = SATU bersifat identitas, identitas juga yang ada = yang ada. Prinsip identitas tidak akan tercapai di dunia, hanya ada di dalam pikiran atau di akhirat nanti. Aku melihat dari gelas yang tadi ke gelas yang sekarang, dari minuman panas sudah berubah ke minuman yang lebih dingin. Bila kita turun ke dunia, maka kita sensitif terhadap ruang dan waktu. Itulah hukum konsisten bila aku bisa menemukan rumus identitas, jadi konsisten hanya ada di dalam pikiran kita. Definisi tidak boleh kontradiksi dari teoreme, lemma, konjuget ataupun postulat. Itulah kekonsistenan dalam matematika. Kontradiksinya matematika dalam artian tidak konsisten. Jadi matematika hanya benar ketika ia dipikirkan, namun setelah ditulis, dalam pandangan filsafat maka itu berarti salah. Jadi hidup ini pada hakekatnya adalah kontradiksi, karena subjek tidak akan pernah sama dengan subjek, predikat tidak akan pernah sama dengan predikat. Predikat termuat dalam subjeknya, atau termuat di dalam predikat yang lain. Jadi jika subjeknya AKU, maka predikatnya adalah SIFATku, maka AKU tidak akan pernah sama dengan SIFATku. Sampai kiamat pun hal itu tidak akan pernahn terjadi. Maka jikalau air adalah subjek, maka the, panas, manis adalah predikatnya. Hal itu merupakan suatu ekstensi, meliputi panas 1, panas 2, panas 3, panas yang ada dan panas yang mungkin ada. Manusia sangat kasar jika menyatakan suhu hanya dalam satuan, jadi ukuran derajat hanyalah ukuran manusia saja. Suhu yang sedang-sedang itu yang bagaimana, suhu yang agak panas itu yang bagaimana, suhu yang dineraka itu yang bagaimana. Gunung merapi, mau dinamakan sungai, mau dinamakan bisul ia tidak memikirkan hal itu. Kalau mau meletus ya meletus saja.
Jadi bila engkau hidup maka harus bersikap kontradiksi. Masyrakat di daerah timur, jika kontradiksi dalam pikiran maka jangan dipikirkan/dimasukkan dalam hati, karena kontradiksi digunakan untuk mencari ilmu. Manusia punya sifat yang tidak sempurna, jadi manusia itu sempurna di dalam ketidaksempurnaannya. Jika ingin hidup sehat, maka bisa diam dalam gerak, atau gerak dalam diam.  Jadi bila kita menyatakan bahwa bersatunya hati dan pikiran, maka hal itu tidak akan pernah tercapai di dunia, manusia hanya bisa mengusahakannya. Misalnya komandan memerintahkan anggotanya berhenti, maka anggotanya akan berhenti, padahal dalam hati anggotanya tersebut mengomel. Jika ada pejabat yang mengatakan mari kita satukan, jiwa, raga dan pikiran kita. Maka hal itu sebenarnya hanya untuk pejabat itu sendiri saja. Candi candi prambanan itu menembus ruang dan waktu juga. Dulu latar candi prambanan adalah hutan belantara, sedangkan kini latar candi prambanan sudah menjadi hotel-hotel berbintang. Berarti dalam hal ini candi prambanan juga menembus ruang dan waktu juga. Konsisten dalam prinsip-prinsip dunia maka membutuhkan prinsip ontologi, dan juga aksiologi yang meliputi etik dan estetika.
Kita hidup menjadi hamba Tuhan dan akan tetap menjadi hamba Tuhan. Bila kamu mau konsisten contohnya, Bila engkau laki-laki, maka bila ingin sehat maka tetaplah menjadi laki-laki. Bila engkau laki-laki maka janganlah engkau bersikap seperti wanita, jika hal itu terjadi, maka akan terjadi yang namanya transgender. Maka disuruhlah ia memilih, apakah memilih pikiran dan jiwanya ataukah memilih fisiknya. Maka sebenar-benarnya hidup sehat itu harus sesuai dengan ruang dan waktunya. Saatnya makan ya makan, saatnya menikah ya menikah. Jadi filsafat itu menuju hidup yang sehat, dimana di dalamnya terdapat etik dan juga estetika.
Pada masalah kloning pada manusia, kaum barat itu menganggap bahwa nenek moyang kita adalah monyet. Menurut spiritualism agama langit (agama samawi), nabi Adam adalah manusia pertama. Menurut Teleologi Emanuel Kant, jika seseorang berlatih terbang, kemudian latihan itu diturunkan pada keturunannya, bahkan hingga seribu tahun kemudian, sehingga mempengaruhi genetika, maka bisa saja nanti manusia akan memiliki sayap. Jadi takdir itu datang setelah adanya ikhtiar. Maka menurut orang Jepang, manusia itu dari monyet, kemudian monyet berangkang, kemudian monyet berjalan, kemudian manusia primitif, kemudian barulah manusia modern berjalan tegak dan pada akhirnya akan menjadi babi. Mengapa menjadi babi, karena manusia ingin menciptakan manusia yang bisa dimanfaatkan segala-galanya, kalau memberontak dan tidak sesuai maka akan langsung digoreng.

Selasa, 21 Oktober 2014

FILSAFAT UNTUK SEMUA

Sumber : Refleksi Perkuliahan Filsafat Ilmu oleh Prof. Dr. Marsigit, MA
Pada hari kamis tanggal 16 Oktober 2014, pada pukul 07.30 s.d. 09.10 WIB.

Filsafat itu berlaku untuk siapa saja, baik itu orang baik maupun orang jahat. Itu adalah jawaban dari pertanyaan Derapusa. Apa arti nama dari Derapusa, derapusa berarti era puasa, artinya pas lahir pada bulan puasa. Semua orang dapat berfilsafat, baik dia bersifat baik maupun bersifat jahat. Jadi filsafat sejak zaman Yunani hingga zaman Kontemporer, segala hal selalu berada diluar pikiran. Menrut Emanuel Kant, jika ingin melihat dunia, maka tengoklah pikiranmu sendiri. Berarti hal tersebut isomorphis dengan pikiran kita. Isomorphis dipikiran kita artinya, kita membuat pemetaan sendiri didalam pemikiran kita. Berbeda dengan politik, politik memerlukan kerja sama dengan orang lain, sedangkan berfilsafat cukup diri kita sendiri, berfilsafat tidak memerlukan bantuan orang lain, berfilsafat secara mandiri. Sehingga setiap orang berhak untuk berfilsafat baik orang itu baik maupun orang itu jahat. Baik itu positif benar, karena filsafat bersifat pribadi, maka oarng itu baik maupun orang itu jahat juga bisa berfilsafat. Masing-masing ada sifatnya, maka masing-masing ada ahlinya. Orang jahat dalam berfilsafat adalah orang yang tidak sehat, berarti orang tersebut disharmoni, disharmoni berarti orang tersebut tidak peka terhadap ruang dan waktu. Maka oleh karena itu dalam berfilsafat bertujuan mencari harmoni. Manusia diciptakan sempurna dan ketidaksempurnaan. Ketidaksempurnaan manusia digunakan untuk belajar hidup. Sehingga dalam ketidaksempurnaan itu kita selalu bersifat seri dan tidak paralel secara bersamaan. Contohnya : kita tidak bisa mengatakan sesuatu yang banyak secara bersamaan, kita tidak bisa mengatakan sesuatu yang banyak secara paralel dan bersamaan, kalau hal itu terjadi maka bunyi suara kita hanya BRRRBRRBRRR. Anda paham apa yang kita ucapkan karena kita berbicara secara seri dan tidak bisa mengatakan banyak kata secara bersamaan. Jadi kita malah ngeri bila mempunyai wujud yang sempurna. Misalnya kita bisa melihat depan dan belakang secara bersamaan, misalnya pada saat naik motor, mata depan fokus melihat jalan namun mata belakang sibuk mencari cewek, maka hal itu bisa sangat berbahaya, dan keadaan akan menjadi kacau. Sehingga keterbatasan dan ketidaksempurnaan kita merupakan suatu anugerah Allah yang harus disyukuri. Misalnya lagi keterbatasan kita yaitu kita tidak bisa meminta dan menentukan dimana kita mau dilahirkan.
Di atas benar, benarnya orang dikalahkan oleh motif. Bedanya filsafat dengan psikologi, kalau psikologi ada terapannyadan perlakuannya. Apalagi politik, di dalam politik salah benar tidaklah penting. Di dalam politik salah benar tidaklah penting, karena di dalam politik yang paling penting adalah ketuanya dapat terselamatkan. Maka yang biasa membuat motif itu adalah subjeknya, yakni para dewa. Dewa disini mempunyai maksud yang lain,contohnya yaitu Ayam itu dewanya Cacing, Kucing itu dewanya Tikus, Engkau itu adalah dewanya bajumu. Berarti dalam hal ini Subjek itu adalah dewanya predikat. Bila sudah turun ke bumi maka predikat termuat dalam subjek. Hidup ini kontradiksi, aku tidak akan pernah sama dengan aku, kecuali Tuhan. Aku = aku di dunia ini hanya ada di dalam pikiran dan juga hanya bisa bila kita telah din akhirat. Subjek tidak sama dengan subjek dan predikat tidak sama dengan predikat.
Gunung tetaplah gunung, tidak ada urusannya paham atau tidak paham, kemampuan kita menggunakan dan membedakan warna sangatlah terbatas. Padahal warna itu ada banyak, misalnya hijau saja, hijau tingkat satu, hijau tingkat dua, hijau tingkat tiga, dst. Begitu pula dengan warna kulit, ada sawo matang, sawo matang tingkat satu, sawo matang tingkat dua, ada sawo matang tingkat minus satu, ada sawo matang tingkat minus dua, adala pila sawo matang tingkat minus sepuluh alias hitam.  Maka itulah yang dinamakan sifat. Misalnya ada orang cantik KW 1, namun ternyata cewek cantik itu matre dan banyak hutangnya, maka cewek cantik itu kualitasnya turun menjadi KW 2, berarti mengalami degradasi nilai. Sehingga pada akhirnya Socrates mengatakan bahwa, ternyata aku tidak bisa mengerti apapun, itulah dfilsafatnya barat. Namun tidak mengerti apaun itu telah disertai dengan usaha yang kuat untuk mengerti. Jangan bilang aku juga tidak mengerti apaun namun ternyata usaha kita tidaklah maksimal.
Ciri-ciri engkau telah mengetahui adalah engkau tahu dan bisa menyebut sifat-sifatnya. Pengetahuan tentang batu, pengetahuan tentang binatang, pengetahuan tentang tumbuh-tumbuhan, mahadewa ataupun pengetahuan tentang manusia terdidik. Hal ini erat hubungannya dengan psikologi. Emanuel Kant mengatakan bahwa engkau dianggap mengetahui bila engkau bisa mengambil judgement (keputusan). Ada cara untuk memikirkan spiritualitas, yakni fatal itu kodrat, dan fital itu ikhtiar. Takdir itu datangnya setelah ikhtiar, artinya kita haruslah berikhtiar dulu, barulah hasil akhirnya itu yang disebut dengan takdir.
Sekian dan Terima Kasih. Wassalamualaikum Wr.Wb.


Rabu, 15 Oktober 2014

DIFFERENSIASI PEMIKIRAN DALAM FILSAFAT



DIFFERENSIASI PEMIKIRAN DALAM FILSAFAT

Sumber : Refleksi Perkuliahan Filsafat Ilmu oleh Prof. Dr. Marsigit, MA
Pada hari kamis tanggal 9 Oktober 2014


Seseorang memiliki kepekaan mengenai ruang dan waktu. Objek filsafat termasuk filsafat ilmu, objeknya terbagi atas ada dan yang mungkin ada. Yang ada dan yang mungkin ada mempunyai sifat yang tak terhingga, dimana sifatnya tersebut berdimensi. Salah satu sifatnya yaitu apakah bersifat tetap ataukah bersifat berubah-ubah. Kodrat seorang manusia selalu bertanya dan mencari-cari. Sehingga memunculkan tokohnya masing-masing. Jika semua keadaan bersifat tetap, maka tokohnya yaitu Permenides. Sedangkan jika keadaan itu selalu berubah-ubah tokohnya adalah Heraclitos. Kedua pemikiran tersebut mengalir terus hingga ke lautan kontemporer, dimana lautan kontemporer itu adalah kehidupan sekarang ini. Dari yang tetap tersebut, sifat berikutnya yang terdekat adalah yang dicita-citakan serat di idealkan yang ada di dalam pikiran. Sehingga memunculkan dua buah pemikiran lagi yaitu, idealisme dan realisme. Idealisme tokohnya adalah Plato, sedangkan realisme tokohnya yaitu murid plato bernama Aristoteles. Jadi semua aliran filsafat berpangkal pada kedua hal tersebut. Kemudian aliran tersebut mengalir dan berkembang lagi. Idealisme berkembang menjadi pemikiran yang satu, bila jumlahnya itu satu, satu itu merupakan relatif tetap. Spiritual yang satu adalah Tuhan, pemikirannya menghasilkan monoisme. Yang berpikiran dua maka dia menghasilkan dualisme, dan kalau banyak menghasilkan pluralisme.
Sekarang kita hidup di lautan kontemporer, belajar filsafat bukan hanya di Yunani Kuno, meskipun awalnya semua berasal dari sana. Meurut Emanuel Kant, jika kamu ingin melihat dunia, maka tengoklah pikiranmu. Hal itu mengalir terus. Yang ada di dalam pikiranmu menghasilkan rasionalisme, sedangkan pengalaman lahirlah empirisme. Rasionalisme tokohnya adalah Rene Descartes, sedangkan tokoh dari empirisme adalah Dwight Hume. Masa sekarng ibaratnya kita memasang sensor untuk mendeteksi hal-hal disekitar kita sehingga kita menjadi peka dan sensitif . Secara filsafat Dewa Penunggu laut itu adalah ilmu tentang laut . Contohnya di analogikan, Bima mencari ilmun di laut, masuk ke telinga Dewa Ruci. Untuk mendapatkan wahyu maka kita perlu mengarahkan sesor kita. Kita sekarang berada di masa post-post modern, sehingga carab mencari ilmunya berbeda dengan zaman dahulu. Orang zaman dahulu dalam mencari ilmu dengan bertapa, melawan raksasa, dsb, dimana raksasa itu sendiri sebenarnya diri kita sendiri, yakni kita harus mampu melawan hawa nafsu kita. Zaman modern merupakan zaman setelah abad kegelapan. Abad kegelapan berlangsung abad 13 s.d. 15 masehi, dimana hal tesebut menyatakan bahwa tidak ada hal kebenaran selain dari yang diputuskan oleh gereja. Bahkan pada saat itu gereja mengklaim bahwa bumi ini merupakan pusat dari tata surya, serta bumi ini berbentuk datar, bukannya berbentuk bulat. Sehingga pada saat itu muncullah Nicola Copernicus, serta Galilieo Galilie. Bahkan tokoh-tokoh terebut dihukum mati karena melawan dengan gereja. Padahal mereka sebenarnya mengatakan hal yang sebenarnya.
Rasio bersifat analitik dan pengalaman bersifat sintetik. Analitik itu bersifat konsisten dan juga identitas, sedangkan pengalaman itu bersifat kontradiksi. Kontradiksi beranggapan bahwa tidak akan pernah ada AKU = AKU. Sedangkan AKU = AKU di dalam identitas hanya ada jika masih di dalam pikiran. Analitik itu bersifat apriori dan sintetik itu bersifat aposteriori. Aposteriori berati berpikir setalah melihat. Marsigit jika dibawa ke dalam bahasa inggris maka bermakna pintu melihat mars, yakni terdiri dari kata mars see dan gate, sehingga bermakna pintu gerbang melihat mars. Apriori dan aposteriori keduanya digabungkan oleh Emanuel Kant. Kemudian oleh Emanuel Kant dicari yang ada dan yang mungkin ada dari kedua hal tersebut.
Pelajaran matematika itu merupakan sintetik apriori, yakni dibangun di atas pengalaman namun tetap berdasarkan logika. Pengalaman akan menghasilkan suatu intuisi, sedangkan pemikiran logika menghasilkan logisme. Conmtohnya ada orang yang ingin menggabungkan pemikiran dan pengalaman, yakni orang amerika yang ingin merasakan bagaimana rasanya dipeluk harimau, pada dasarnya dia ingin memadukan pengalaman dan juga pengetahuan. Kambing yang punya banyak pengalaman tentunya tidak bisa menceritakan pengalamannya kepada sesamanya meskipun  pengalamannya  tersebut bersifat traumatik. Kemudian setelah sintetik apriori, maka emanuel kant juga mencoba menggabungkan rasio dengan analitik, yang ditulis oleh Emanuel Kant di dalam bukunya yang berjudul The Critic Of Worism.
Ada yang bersifat formal ada pula yang bersifat intuisi. Matematika menurut realistic mathematic terbagi atas matematika konkret dan matematika formal. Di Indonesia matematika juga terbagi atas matematika spiritual. .
Di dalam ilmu sosial, kehidupan kontemporer membagi manusia menjadi beberapa kategori :
Ø    Arcade
Ø    Triball
Ø    Tradisional
Ø    Feodal
Ø    Modern
Ø    Post Modern
Ø    Power Now, sedangkan Power Now terbagi menjadi :
·       Kapitalisme
·       Utilitarian
·       Hedonisme
·       Materialisme
·       Pragmatisme
Amerika Serikat yang menjadi penguasa dari Power Now tersebut selalu berusaha mnyebarkan faham-fahamnya sepert kapitalisme, ultilitarian, hedonisme, materialisme dan juga prgmatisme. Karena besarnya pengaruh itu maka muncullah paham-paham lain yang berlawanan yakni muncullah komunis, dimana komunis itu merupakan penggabungan dari materi + dialektisme. Sedangkan di Indonesia ada pula muncul PKI yang merupakan penggabungan dari materi +dialektisme + menghalalkan segala cara. Bahkan presiden Soekarno sangat mengagumi pemikiran Hegelianisme. Sehingga muncullah istilah Jas Merah yang berarti jangan sekali-sekali melupakan sejarah. Untungnya PKI di Indonesia merupakan pihak yang kalah. Bandingkan saja di negara Kamboja dimana PKI adalah pihgak yang menang, maka semua orang pintar dan juga orang yang bisa membaca dibantai, sehingga tinggallah orang-orang bodoh yang direkrut menjadi anggota dari partai komunis di kamboja tersebut.
Wassalamualaikum Wr.Wb. 

Rabu, 08 Oktober 2014

HIDUP SELALU DENGAN KONTRADIKSI

                              HIDUP SELALU DENGAN KONTRADIKSI

Sumber : Terinspirasi oleh perkuliahan Prof. Dr. Marsigit, MA. dalam mata kuliah Filsafat Ilmu
Pada hari Kamis tanggal 2 Oktober 2014 pukul 07.30 sd 09.10 WIB

Kontradiksi meliputi yang ada dan yang mungkin ada, bila tidak mau mengalami kontradiksi maka hidup anda diabaikan saja, segeralah berkemas-kemas meninggalkan dunia dan menuju akhirat untuk mendapatkan kebenaran yang sebenarnya, mendapatkan kebenaran yang identitas. Hubungan antara subjek dengan predikat adalah subjek sama dengan predikat, namun yang dapat mencapai hal itu hanyalah Allah SWT, sedangkan manusia tidak akan mampu menggapai hal tersebut. Bila kita di dunia ini maka sebaiknya kita selalu sensitif terhadap ruang dan waktu, maksud dari sensitif disini adalah sopan dan santun terhadap ruang dan waktu. Matematika yang turun ke bumi adalah A = A+1, artinya A yang satu berbeda dengan A yang lain. A pertama tidaklah sama dengan A kedua, A yang pertama tidaklah sama dengan A yang kedua. Salah satu tujuan anda belajar filsafat adalah anda jadi menyadari kalau hidup ini akan selalu dipenuhi dengan kontradiksi. Aku = aku, hal tersebut hanyalah Tuhan yang mampu. Bila manusia, yaitu predikat masih termuat pada subjek, predikat juga bukanlah subjek, agar kita tetap sensitif terhadap ruang dan waktu. Predikat adalah semua sifat yang ada pada subyek. Baju merupakan predikat bagi dirimu, tentu tidaklah mungkin baju = dirimu, karena baju dirimu. Dalam filsafat hal tersebut dikatakan sebagai kontradiksi. Ada bagian-bagian dari dirimu itu merupakan bagian dari orang tuamu, misalnya nasihat, ridho, uang saku, dsb. Maka tidak mungkin nasihat sama dengan orang tua mu. Sifat dari suatu sifat merupakan hal yang metafisik. Nasihat dari orang tuamu itu bersifat bijaksana. Bijaksana yang alami yang sesuai dengan adat dan budaya yang masih dilakukan. Sifat itu meliputi sifat yang ada dan yang mungkin ada dan bersifat determine, yakni bersifat menentukan. Misalnya saja pejabat menentukan nasibnya bawahan. Engkau naik kendaraan, maka engkau menentukan arah dari kendaraan tersebut. Determine menjatuhkan sifat pada predikatnya. Sedangkan “jatuh pada” itu merupakan accident. Misalnya untuk menghindari accident, maka orang itu menggunakan cadar, orang yang memandangi seseorang maka hal itu bisa menimbulkan nafsu, maka hal tersebut merupakan suatu accident. Motor yang jatuh di trotoar sama dengan lipstik yang jatuh di bibirmu. Menurut Aristoteles alias Aristobasah, ketika menjatuhkan sifat pada pada pemikiranku, maka hal itu sangatlah berbahaya kepada objeknya. Bila seorang guru matematika ngomong terus, maka murid bisa pingsan, lama-lama bisa kesurupan. Nah, bila berposisi sebagai murid, maka tentunya tidak mungkin mematikan guru, meskipun siswa merasa terkekang. Ilmu bidang solusinya adalah komunikasi, interaksi naik lagi berubah menjadi hermeneutika, yang penting jangan melanggar pilar-pilar hubungann hakiki, jangan menyakiti hati orang tua dan memohon ridho dan restunya. Jadi jangan mengabaikan ridho dan restu orang tua. Jangan mentang-mentang belajar filsafat kemudian orang tua digugat. Lama-lama menggugat sang pencipta.
Urutan-urutannya adalah material kemudian formal ke mudian normatif kemudian spiritual. Jadi semuanya termasuk di dalam spirtual, bahwa spiritual harus menjadi fundamental dari yang ada dan yang mungkin ada. Dalam iklan ada banyak percaya Tuhan dan banyak pula yang tak percaya Tuhan. Bagi yang tak percaya Tuhan dikarenakan  banyaknya orang-orang yang melakukan kejahatan dengan mengatas namakan Tuhan. Banyak yang memenggal kepala seseorang mengatasnamakan Tuhan, banyak yang mengebom dan mnyerang bangsa lain mengatasnamakan Tuhan, dan sebagainya.
Intuisi diperlukan untuk belajaryang formal. Contohnya kucing disuruh belajar integral, tentunya tidak bisa, masa kucing dan tikus punya jadwa. Jam 9 memburu tikus, jam 10 kasih makan anak, tentu tidak. Intuisi adalah modal pertama. Intuisi pada hewan adalah hal yang paling mendasar, namanya insting. Contohnya insting untuk menghasilkan keturunan, siapa yang mengajarkan ular dan juga monyet untuki kawin ? tidak ada bukan, tapi meereka bisa melakukannya, hal tersebut terjadi karena insting. Etik dan estetika itu menjaga kata-kata anda, naik lagi maka menjadi spiritual karena ada landasannya quran dan hadis.

Kebaikan katanya selalu menang, namun pada manusia yang iri dengki, maka keburukanlah yang menang pada dirinya. Baik benar, baik tidak benar, tidak baik benar, tidak baik tidak benar. Berani benar, tidak berani benar, benar tidak berani, tidak berani tidak benar. Pandawa itu benar, namun benarnya juga naik turun. Kurawa itu berani namun keberaniannya juga naik turun, misalnya saja ketika panglima perangnya mati, maka kebraniannya naik turun. Namun yang terpenting adalah jangan sampai sombong karena kesombongan itu melahirkan penderiataan.
Obsesi merupakan cita-cita. Filsafat jadi idealis. Kenyataan adalah pragmatis. Banyak orang yang tak mau berusaha namun menginginkan hasil yang maksimal. Itu namanya pragmatis. Sedangkan cita-cita membutuhkan proses dan butuh waktu yang panjang. Prakmatis itu singkat dan pendek dan selalu berubah-ubah dan dianggap baik sesuai dengan zamannya. Sedangkan cita-cita itu diikhtiarkan, harus punya fatal, semaksimal mungkin usaha kita namun hasil akhir tetaplah Tuhan yang menentukan, karena Tuhan tidak akan merubah nasib suatu kaum, jika bukan kaum itu sendiri yang berusaha untuk merubahnya.
Itulah ruang dan waktu. Berfilsafat itu perjalanan menembus ruang dan waktu. Misalnya 2 + 3 tidak sama dengan 5. Hal tersebut bisa saja terjadi jika basisnya adalah basis 3. Jadi kita harus sadar rung dan waktu. Misalnya 2 buku + 3 pensil, apakah hasilnya kita mengatakan 5, tentu tidak. Maka berfilsafat itu harus sopan terhadap ruang dan waktu. Semuanya itu mempunyai dunianya sendiri-sendiri. Jadi jangan sampai tidak sopan terhadap ruang dan waktu. Misalnya anak kecil sudah tahu kehidupan suami istri gara-gara menonton internet. Jadi tekhnologi itu bisa jadi dua mata pisau.
Jadi menikah itu juga meliputi yang ada dan yang mungkin ada. Jika hubungan famili telalu dekat, maka hal itu bisa menjadi merusak gen. misalnya mancung ketemu mancung maka hasilnyaakan jadi pesek, mblesek. Orang jepang itu pendek-pendek karena keluarga kerajaan selalu menikah dengan keluarga kerajaan, namun sekarang tidak lagi. Urutannya adalah material kemudian fomal kemudian normatif kemudian spiritual. Itu selalu berhubungan. Menikah harus ada materialnya, masa menikah Cuma dibayangin, mempenlainya imajiner. Tentunya hal tersebut tidak bisa. Jadi tetap harus ada materialnya. Formal itu juga penting sekali, yakni ada tanda tangan penghulu. Meskipun anda menikah 1000 kali namun tidak ada tanda tangan sang penghulu, maka tidak diakui oleh negara. Normatif itu ada tiga, yakni hakiki, epistimologi serta etik dan estetika. Ada ruang dan waktunya masing-masing. Epistimologi dari menikah yakni, sumber-sumber dari menikah itu apa saja. Ada spiritualnya, ada tradisinya, misalnya sumber menikah atau adat istiadat menikah di minang seperti apa, kalau di jawa seperti apa, supaya tidak terjadi masalah. Epistimologi merupakan sumber pengetauan dan merupakan pembenarannya. Dinaikkan menjadi spiritualitas. Misalnya saja, cowok dalam memandang cewek harus ada bingkai spiritualitasnya. Pandangan pertama adalah rejeki, pandangan kedua adalah nafsu. Supaya ada etik dan estetika, spiritual itu full intuisi, supaya ada interaksi di dalamnya.
Air yang ditumpahkan ke hand phone itu merupakan hal yang buruk. Mengapa dikatakan buruk, menurut emanuel kant, di dalam pikiran itu sudah ada kamar-kamar, bahwa ini kamar baik, itu kamar buruk. Jika kita baru lahir maka kita belum tau mana yang baik dan mana yang buruk. Selanjutnya, kapankah kita mulai memahami bahwa hal ini baik, dan hal itu buruk, yaitu ketika kita melakukan suatu interaksi, sehingga timbullah kategori-kategori secara intuitif. Bahkan aristoteles membagi kategori otak menjadi 12. Selain itu ada orang yang membuat kategori otak kiri dan otak kanan. Otak kiri dipakai untuk matematika dan otak kanan dipakai untuk berdoa, dsb.
Wassalamualaikum Wr.Wb.