HIDUP SELALU DENGAN KONTRADIKSI
Sumber : Terinspirasi oleh
perkuliahan Prof. Dr. Marsigit, MA. dalam mata kuliah Filsafat Ilmu
Pada hari Kamis tanggal 2 Oktober 2014 pukul 07.30 sd 09.10 WIB
Kontradiksi meliputi yang ada dan yang mungkin ada, bila tidak mau
mengalami kontradiksi maka hidup anda diabaikan saja, segeralah berkemas-kemas
meninggalkan dunia dan menuju akhirat untuk mendapatkan kebenaran yang
sebenarnya, mendapatkan kebenaran yang identitas. Hubungan antara subjek dengan
predikat adalah subjek sama dengan predikat, namun yang dapat mencapai hal itu
hanyalah Allah SWT, sedangkan manusia tidak akan mampu menggapai hal tersebut.
Bila kita di dunia ini maka sebaiknya kita selalu sensitif terhadap ruang dan
waktu, maksud dari sensitif disini adalah sopan dan santun terhadap ruang dan waktu.
Matematika yang turun ke bumi adalah A = A+1, artinya A yang satu berbeda
dengan A yang lain. A pertama tidaklah sama dengan A kedua, A yang pertama
tidaklah sama dengan A yang kedua. Salah satu tujuan anda belajar filsafat
adalah anda jadi menyadari kalau hidup ini akan selalu dipenuhi dengan
kontradiksi. Aku = aku, hal tersebut hanyalah Tuhan yang mampu. Bila manusia,
yaitu predikat masih termuat pada subjek, predikat juga bukanlah subjek, agar
kita tetap sensitif terhadap ruang dan waktu. Predikat adalah semua sifat yang
ada pada subyek. Baju merupakan predikat bagi dirimu, tentu tidaklah mungkin
baju = dirimu, karena baju
dirimu.
Dalam filsafat hal tersebut dikatakan sebagai kontradiksi. Ada bagian-bagian
dari dirimu itu merupakan bagian dari orang tuamu, misalnya nasihat, ridho,
uang saku, dsb. Maka tidak mungkin nasihat sama dengan orang tua mu. Sifat dari
suatu sifat merupakan hal yang metafisik. Nasihat dari orang tuamu itu bersifat
bijaksana. Bijaksana yang alami yang sesuai dengan adat dan budaya yang masih
dilakukan. Sifat itu meliputi sifat yang ada dan yang mungkin ada dan bersifat
determine, yakni bersifat menentukan. Misalnya saja pejabat menentukan nasibnya
bawahan. Engkau naik kendaraan, maka engkau menentukan arah dari kendaraan tersebut.
Determine menjatuhkan sifat pada predikatnya. Sedangkan “jatuh pada” itu
merupakan accident. Misalnya untuk menghindari accident, maka orang itu
menggunakan cadar, orang yang memandangi seseorang maka hal itu bisa
menimbulkan nafsu, maka hal tersebut merupakan suatu accident. Motor yang jatuh
di trotoar sama dengan lipstik yang jatuh di bibirmu. Menurut Aristoteles alias
Aristobasah, ketika menjatuhkan sifat pada pada pemikiranku, maka hal itu
sangatlah berbahaya kepada objeknya. Bila seorang guru matematika ngomong
terus, maka murid bisa pingsan, lama-lama bisa kesurupan. Nah, bila berposisi
sebagai murid, maka tentunya tidak mungkin mematikan guru, meskipun siswa
merasa terkekang. Ilmu bidang solusinya adalah komunikasi, interaksi naik lagi
berubah menjadi hermeneutika, yang penting jangan melanggar pilar-pilar
hubungann hakiki, jangan menyakiti hati orang tua dan memohon ridho dan
restunya. Jadi jangan mengabaikan ridho dan restu orang tua. Jangan
mentang-mentang belajar filsafat kemudian orang tua digugat. Lama-lama
menggugat sang pencipta.
Urutan-urutannya adalah material kemudian
formal ke mudian normatif kemudian spiritual. Jadi semuanya termasuk di dalam
spirtual, bahwa spiritual harus menjadi fundamental dari yang ada dan yang
mungkin ada. Dalam iklan ada banyak percaya Tuhan dan banyak pula yang tak
percaya Tuhan. Bagi yang tak percaya Tuhan dikarenakan banyaknya orang-orang yang melakukan
kejahatan dengan mengatas namakan Tuhan. Banyak yang memenggal kepala seseorang
mengatasnamakan Tuhan, banyak yang mengebom dan mnyerang bangsa lain
mengatasnamakan Tuhan, dan sebagainya.
Intuisi diperlukan untuk belajaryang formal.
Contohnya kucing disuruh belajar integral, tentunya tidak bisa, masa kucing dan
tikus punya jadwa. Jam 9 memburu tikus, jam 10 kasih makan anak, tentu tidak.
Intuisi adalah modal pertama. Intuisi pada hewan adalah hal yang paling
mendasar, namanya insting. Contohnya insting untuk menghasilkan keturunan,
siapa yang mengajarkan ular dan juga monyet untuki kawin ? tidak ada bukan,
tapi meereka bisa melakukannya, hal tersebut terjadi karena insting. Etik dan
estetika itu menjaga kata-kata anda, naik lagi maka menjadi spiritual karena
ada landasannya quran dan hadis.
Kebaikan katanya selalu menang, namun pada
manusia yang iri dengki, maka keburukanlah yang menang pada dirinya. Baik
benar, baik tidak benar, tidak baik benar, tidak baik tidak benar. Berani
benar, tidak berani benar, benar tidak berani, tidak berani tidak benar.
Pandawa itu benar, namun benarnya juga naik turun. Kurawa itu berani namun
keberaniannya juga naik turun, misalnya saja ketika panglima perangnya mati,
maka kebraniannya naik turun. Namun yang terpenting adalah jangan sampai
sombong karena kesombongan itu melahirkan penderiataan.
Obsesi merupakan cita-cita. Filsafat jadi
idealis. Kenyataan adalah pragmatis. Banyak orang yang tak mau berusaha namun
menginginkan hasil yang maksimal. Itu namanya pragmatis. Sedangkan cita-cita
membutuhkan proses dan butuh waktu yang panjang. Prakmatis itu singkat dan
pendek dan selalu berubah-ubah dan dianggap baik sesuai dengan zamannya.
Sedangkan cita-cita itu diikhtiarkan, harus punya fatal, semaksimal mungkin
usaha kita namun hasil akhir tetaplah Tuhan yang menentukan, karena Tuhan tidak
akan merubah nasib suatu kaum, jika bukan kaum itu sendiri yang berusaha untuk
merubahnya.
Itulah ruang dan waktu. Berfilsafat itu
perjalanan menembus ruang dan waktu. Misalnya 2 + 3 tidak sama dengan 5. Hal
tersebut bisa saja terjadi jika basisnya adalah basis 3. Jadi kita harus sadar
rung dan waktu. Misalnya 2 buku + 3 pensil, apakah hasilnya kita mengatakan 5,
tentu tidak. Maka berfilsafat itu harus sopan terhadap ruang dan waktu.
Semuanya itu mempunyai dunianya sendiri-sendiri. Jadi jangan sampai tidak sopan
terhadap ruang dan waktu. Misalnya anak kecil sudah tahu kehidupan suami istri
gara-gara menonton internet. Jadi tekhnologi itu bisa jadi dua mata pisau.
Jadi menikah itu juga meliputi yang ada dan
yang mungkin ada. Jika hubungan famili telalu dekat, maka hal itu bisa menjadi
merusak gen. misalnya mancung ketemu mancung maka hasilnyaakan jadi pesek,
mblesek. Orang jepang itu pendek-pendek karena keluarga kerajaan selalu menikah
dengan keluarga kerajaan, namun sekarang tidak lagi. Urutannya adalah material
kemudian fomal kemudian normatif kemudian spiritual. Itu selalu berhubungan.
Menikah harus ada materialnya, masa menikah Cuma dibayangin, mempenlainya
imajiner. Tentunya hal tersebut tidak bisa. Jadi tetap harus ada materialnya.
Formal itu juga penting sekali, yakni ada tanda tangan penghulu. Meskipun anda
menikah 1000 kali namun tidak ada tanda tangan sang penghulu, maka tidak diakui
oleh negara. Normatif itu ada tiga, yakni hakiki, epistimologi serta etik dan
estetika. Ada ruang dan waktunya masing-masing. Epistimologi dari menikah
yakni, sumber-sumber dari menikah itu apa saja. Ada spiritualnya, ada
tradisinya, misalnya sumber menikah atau adat istiadat menikah di minang
seperti apa, kalau di jawa seperti apa, supaya tidak terjadi masalah.
Epistimologi merupakan sumber pengetauan dan merupakan pembenarannya. Dinaikkan
menjadi spiritualitas. Misalnya saja, cowok dalam memandang cewek harus ada bingkai
spiritualitasnya. Pandangan pertama adalah rejeki, pandangan kedua adalah
nafsu. Supaya ada etik dan estetika, spiritual itu full intuisi, supaya ada
interaksi di dalamnya.
Air yang ditumpahkan ke hand phone itu
merupakan hal yang buruk. Mengapa dikatakan buruk, menurut emanuel kant, di
dalam pikiran itu sudah ada kamar-kamar, bahwa ini kamar baik, itu kamar buruk.
Jika kita baru lahir maka kita belum tau mana yang baik dan mana yang buruk.
Selanjutnya, kapankah kita mulai memahami bahwa hal ini baik, dan hal itu
buruk, yaitu ketika kita melakukan suatu interaksi, sehingga timbullah
kategori-kategori secara intuitif. Bahkan aristoteles membagi kategori otak
menjadi 12. Selain itu ada orang yang membuat kategori otak kiri dan otak kanan.
Otak kiri dipakai untuk matematika dan otak kanan dipakai untuk berdoa, dsb.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar