Lagu

Lagu

Selasa, 21 Oktober 2014

FILSAFAT UNTUK SEMUA

Sumber : Refleksi Perkuliahan Filsafat Ilmu oleh Prof. Dr. Marsigit, MA
Pada hari kamis tanggal 16 Oktober 2014, pada pukul 07.30 s.d. 09.10 WIB.

Filsafat itu berlaku untuk siapa saja, baik itu orang baik maupun orang jahat. Itu adalah jawaban dari pertanyaan Derapusa. Apa arti nama dari Derapusa, derapusa berarti era puasa, artinya pas lahir pada bulan puasa. Semua orang dapat berfilsafat, baik dia bersifat baik maupun bersifat jahat. Jadi filsafat sejak zaman Yunani hingga zaman Kontemporer, segala hal selalu berada diluar pikiran. Menrut Emanuel Kant, jika ingin melihat dunia, maka tengoklah pikiranmu sendiri. Berarti hal tersebut isomorphis dengan pikiran kita. Isomorphis dipikiran kita artinya, kita membuat pemetaan sendiri didalam pemikiran kita. Berbeda dengan politik, politik memerlukan kerja sama dengan orang lain, sedangkan berfilsafat cukup diri kita sendiri, berfilsafat tidak memerlukan bantuan orang lain, berfilsafat secara mandiri. Sehingga setiap orang berhak untuk berfilsafat baik orang itu baik maupun orang itu jahat. Baik itu positif benar, karena filsafat bersifat pribadi, maka oarng itu baik maupun orang itu jahat juga bisa berfilsafat. Masing-masing ada sifatnya, maka masing-masing ada ahlinya. Orang jahat dalam berfilsafat adalah orang yang tidak sehat, berarti orang tersebut disharmoni, disharmoni berarti orang tersebut tidak peka terhadap ruang dan waktu. Maka oleh karena itu dalam berfilsafat bertujuan mencari harmoni. Manusia diciptakan sempurna dan ketidaksempurnaan. Ketidaksempurnaan manusia digunakan untuk belajar hidup. Sehingga dalam ketidaksempurnaan itu kita selalu bersifat seri dan tidak paralel secara bersamaan. Contohnya : kita tidak bisa mengatakan sesuatu yang banyak secara bersamaan, kita tidak bisa mengatakan sesuatu yang banyak secara paralel dan bersamaan, kalau hal itu terjadi maka bunyi suara kita hanya BRRRBRRBRRR. Anda paham apa yang kita ucapkan karena kita berbicara secara seri dan tidak bisa mengatakan banyak kata secara bersamaan. Jadi kita malah ngeri bila mempunyai wujud yang sempurna. Misalnya kita bisa melihat depan dan belakang secara bersamaan, misalnya pada saat naik motor, mata depan fokus melihat jalan namun mata belakang sibuk mencari cewek, maka hal itu bisa sangat berbahaya, dan keadaan akan menjadi kacau. Sehingga keterbatasan dan ketidaksempurnaan kita merupakan suatu anugerah Allah yang harus disyukuri. Misalnya lagi keterbatasan kita yaitu kita tidak bisa meminta dan menentukan dimana kita mau dilahirkan.
Di atas benar, benarnya orang dikalahkan oleh motif. Bedanya filsafat dengan psikologi, kalau psikologi ada terapannyadan perlakuannya. Apalagi politik, di dalam politik salah benar tidaklah penting. Di dalam politik salah benar tidaklah penting, karena di dalam politik yang paling penting adalah ketuanya dapat terselamatkan. Maka yang biasa membuat motif itu adalah subjeknya, yakni para dewa. Dewa disini mempunyai maksud yang lain,contohnya yaitu Ayam itu dewanya Cacing, Kucing itu dewanya Tikus, Engkau itu adalah dewanya bajumu. Berarti dalam hal ini Subjek itu adalah dewanya predikat. Bila sudah turun ke bumi maka predikat termuat dalam subjek. Hidup ini kontradiksi, aku tidak akan pernah sama dengan aku, kecuali Tuhan. Aku = aku di dunia ini hanya ada di dalam pikiran dan juga hanya bisa bila kita telah din akhirat. Subjek tidak sama dengan subjek dan predikat tidak sama dengan predikat.
Gunung tetaplah gunung, tidak ada urusannya paham atau tidak paham, kemampuan kita menggunakan dan membedakan warna sangatlah terbatas. Padahal warna itu ada banyak, misalnya hijau saja, hijau tingkat satu, hijau tingkat dua, hijau tingkat tiga, dst. Begitu pula dengan warna kulit, ada sawo matang, sawo matang tingkat satu, sawo matang tingkat dua, ada sawo matang tingkat minus satu, ada sawo matang tingkat minus dua, adala pila sawo matang tingkat minus sepuluh alias hitam.  Maka itulah yang dinamakan sifat. Misalnya ada orang cantik KW 1, namun ternyata cewek cantik itu matre dan banyak hutangnya, maka cewek cantik itu kualitasnya turun menjadi KW 2, berarti mengalami degradasi nilai. Sehingga pada akhirnya Socrates mengatakan bahwa, ternyata aku tidak bisa mengerti apapun, itulah dfilsafatnya barat. Namun tidak mengerti apaun itu telah disertai dengan usaha yang kuat untuk mengerti. Jangan bilang aku juga tidak mengerti apaun namun ternyata usaha kita tidaklah maksimal.
Ciri-ciri engkau telah mengetahui adalah engkau tahu dan bisa menyebut sifat-sifatnya. Pengetahuan tentang batu, pengetahuan tentang binatang, pengetahuan tentang tumbuh-tumbuhan, mahadewa ataupun pengetahuan tentang manusia terdidik. Hal ini erat hubungannya dengan psikologi. Emanuel Kant mengatakan bahwa engkau dianggap mengetahui bila engkau bisa mengambil judgement (keputusan). Ada cara untuk memikirkan spiritualitas, yakni fatal itu kodrat, dan fital itu ikhtiar. Takdir itu datangnya setelah ikhtiar, artinya kita haruslah berikhtiar dulu, barulah hasil akhirnya itu yang disebut dengan takdir.
Sekian dan Terima Kasih. Wassalamualaikum Wr.Wb.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar